10 NOVEMBER '45. MENGAPA INGGRIS MEMBOM SURABAYA?
10 NOVEMBER ’45
MENGAPA INGGRIS MEMBOM SURABAYA?
Analisis Latar Belakang Agresi Militer Inggris November 1945
Oleh: Batara R. Hutagalung
Sepatah kata
Penelitian yang mendalam mengenai peristiwa pertempuran di Surabaya bulan Oktober dan November 1945 serta latar belakangnya, berawal ketika penulis melengkapi data untuk naskah Riwayat Perjuangan Letnan Kolonel TNI (Purn.) dr. Wiliater Hutagalung, seorang pelaku sejarah, yang ketika ke luar dari dinas ketentaraan pada bulan Maret 1950, adalah Kwartiermeestergeneraal Staf “Q” AD.
Untuk mencocokkan serta melengkapi data sejarah, penulis telah telah mewawancarai sejumlah pelaku pertempuran Surabaya serta pelaku sejarah lainnya. Dalam beberapa pembicaraan dan diskusi, terlihat bahwa ada beberapa hal yang hingga kini belum terungkap. Selain itu, penelitian yang dilakukan atas beberapa peristiwa sebelum terjadinya agresi militer yang dilancarkan tentara Inggris mulai tanggal 10 November 1945, menunjukkan bahwa telah terjadi pemutar-balikan fakta, yang sampai sekarang belum mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari pihak Indonesia.
Hal-hal tersebut perlu dikoreksi dan diluruskan, agar supaya generasi mendatang bangsa Indonesia tidak lagi membaca sejarah yang salah atau kurang tepat mengenai perjuangan mencapai kemerdekaan. Juga dunia internasional harus mengetahui, bahwa alasan Inggris untuk melancarkan agresi militernya, bukanlah seperti yang tertera dalam ultimatum 9 November 1945.
Hal ini sangat penting untuk dilakukan, di samping meluruskan penulisan sejarah, juga untuk memberikan rasa keadilan bagi para korban pemboman dan pembantaian, juga demi harga diri sebagai bangsa yang telah memproklamasikan kemerdekaannya –yang adalah hak asasi setiap bangsa- tetapi tidak mau diakui oleh para penjajah, yang ingin kembali berkuasa di bekas jajahan mereka.
Dari hasil penelitian, terlihat beberapa pelanggaran yang telah dilakukan oleh tentara Inggris, yang ditugaskan oleh pimpinan tentara Sekutu (Allied Forces). Seluruh garis Komando dari Komando Asia Tenggara (South-East Asia Command – SEAC, dari mulai Panglima Tertinggi (Supreme Commander South East Asia), Vice Admiral Lord Louis Mountbatten, yang adalah keluarga kerajaan Inggris, kemudian Panglima AFNEI (Allied Forces in the Netherlands East Indies), Letnan Jenderal Sir Philip Christison, juga seorang bangsawan Inggris, hingga para pimpinan Divisi 5 dan 23 (British-Indian Division) yang terlibat dalam peristiwa di Surabaya, dipegang perwira-perwira Inggris..
Dari Seminar Internasional “The Battle of Surabaya, November 1945. Back Ground and Consequences” yang diselenggarakan sebagai kerjasama antara KPHARS dan LEMHANNAS (Lembaga Ketahanan Nasional) pada tanggal 27 Oktober 2000, diperoleh beberapa masukan yang sangat berharga. Yang terpenting dalam Seminar tersebut adalah hadirnya Duta Besar dan Berkuasa Penuh Kerajaan Inggris untuk Indonesia, Richard Gozney CMG, yang juga tampil sebagai pembicara. Beliau, atas nama Pemerintah Inggris menyatakan penyesalan atas tewasnya ribuan penduduk sipil dalam agresi militer Inggris terhadap Surabaya, November 1945. Ini patut dicatat dalam sejarah, bahwa untuk pertama kalinya Pemerintah Inggris, melalui Duta Besarnya menyatakan penyesalan tersebut.
Pemerintah Belanda sendiri hingga kini belum pernah meminta maaf atas penjajahan yang telah mereka lakukan, di beberapa daerah bahkan selama sekitar 200 tahun. Juga atas segala kekejaman yang telah dilakukan selama penjajahan tersebut, termasuk pembantaian puluhan ribu penduduk sipil di Sulawesi Selatan, yang dimulai pada tanggal 11 Desember 1946, berarti setelah Indonesia menyatakan Kemerdekaannya.
Membuka kembali lembaran sejarah, bukanlah untuk membuka luka lama atau bahkan membalas dendam, melainkan, di samping meluruskan penulisan sejarah, juga untuk melakukan analisis mengapa hal-hal tersebut dapat terjadi, sehingga dapat dilakukan berbagai upaya untuk mencegah pengulangan kejadian tersebut di masa depan, serta mengambil hikmah peristiwa tersebut.
Judul tulisan “Mengapa Inggris Membom Surabaya” adalah untuk menggunakan judul yang singkat. Memang serangan yang dilakukan Inggris tidak hanya pemboman dari pesawat, melainkan juga dari darat dan laut.
Dalam penulisan di buku ini termasuk nama orang, penulis menggunaan ejaan baru yang telah disempurnakan.
Akhirnya pada kesempatan ini, disampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setingi-tingginya atas informasi serta masukan yang diberikan oleh para pelaku sejarah, baik dari Jawa Timur maupun dari daerah lain di Indonesia, serta para senior dari generasi penerus, yang juga memberikan bahan dan masukan. Nama-nama para pelaku sejarah serta generasi penerus yang mempunyai andil besar dalam penyusunan tulisan ini tertulis dalam daftar referensi.
Rasa terima kasih juga perlu disampaikan khusus kepada Ibu Isbandiah Sungkono, Ibu Suprapti Ismail dan Ibu Lukitaningsih I. Radjamin –tiga pelaku sejarah di Surabaya- yang semangat kejuangannya patut menjadi teladan bagi generasi penerus.
Terima kasih serta penghargaan juga disampaikan kepada Bapak Mayor Jenderal POL (Purn.) Dr. M. Yasin, Bapak Suyatno Yosodipuro, Bapak Agus Amar dan Saudara Andreas Kumala (Pontianak), yang telah memberikan buku-buku serta bahan untuk melengkapi data maupun dokumen sejarah.
Jakarta, 28 Oktober 2001
Batara Richard Hutagalung
Daftar Isi
Sepatah Kata i
BAB SATU
Pendahuluan 3
Sekilas Sejarah 9
VOC dan Masa Penjajahan Belanda 11
Gerakan Nasional 25
Perang Dunia II 30
Masa Pendudukan Jepang 39
BAB DUA
Proklamasi Kemerdekaan 50
Terbentuknya Pemerintahan Republik Indonesia di Surabaya 63
Pembentukan BKR dan Berbagai Pasukan/Laskar 64
Perebutan Senjata Dari Jepang 72
Upaya Belanda Kembali Menjajah Indonesia 79
Tentara Inggris Tiba di Indonesia 87
Mission Impossible dari Laurens of Batavia 100
“Pembersihan” oleh Tentara Inggris dan Australia. KNIL Masuk Indonesia 109
BAB TIGA
Brigade 49 Mendarat di Surabaya 116
Pertempuran 28 - 30 Oktober 1945 122
Inggris Mengibarkan Bendera Putih 126
Presiden Sukarno Diminta Melerai “Insiden Surabaya” 127
Brigadier Mallaby Tewas 131
Sosok Brigadier Mallaby, Perwira Administrasi 144
BAB EMPAT
Divisi 5 Mendarat. Ultimatum Inggris, 9 November 1945 147
Surabaya, November 1945 166
Berbagai Reaksi Atas Agresi Militer Inggris 172
Veto Prancis Menggagalkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 179
BAB LIMA
Analisis Latar Belakang Agresi Militer Inggris 182
Alasan Psikologis - Emosional 183
Terikat Perjanjian Dengan Belanda dan Keputusan Konferensi Yalta 186
Kesimpulan 192
Pelanggaran Yang Dilakukan Tentara Inggris 195
- Pelanggaran Kedaulatan Republik Indonesia 195
- Pelanggaran Atlantic Charter dan Charter for Peace 195
- Pelanggaran Preambel PBB 196
- Pelanggaran AD PBB Pasal 1 dan 2 197
- Pelanggaran HAM 198
Crime against humanity 198
Mengakibatkan Pengungsian (enforced displacement) 198
- Penyimpangan Tugas Allied Forces 198
- Kejahatan Perang? (war crimes) 198
Epilog 200
Penutup 214
Referensi 218
Istilah Asing dan Singkatan 220
Lampiran
I. Petisi Sutarjo 222
II. Atlantic Charter 223
III. Dokumen Penyerahan Jepang di Tokyo, 2 September 1945 224
IV. Dokumen Penyerahan Jepang di Singapura, 12 September 1945 228
V. Kesaksian Mohammad Mangundiprojo 230
VI. Kesaksian Imam Sutrisno Trisnaningprojo 233
VI A. Peta Surabaya Tengah-Utara, tahun 1945 239
VI B. Peta Lokasi Sekitar Gedung Internatio, tahun 1945 240
VII. Terjemahan Ultimatum Mansergh 241
VIII. Terjemahan Dokumen Halaman 118 244
IX. Terjemahan Kesaksian Kapten R.C. Smith 246
X. Terjemahan Kesaksian Mayor Venu K. Gopal 248
XI. Surat Perintah Vice Admiral Lord Louis Mountbatten 249
XII. Uraian Richard Gozney, Duta Besar Kerajaan Inggris 250
XIII. Anggaran Dasar PBB Bab 1, Pasal 1 dan 2 252
Indeks 255
Mengenai Penulis 256
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home